IIQ An Nur Yogyakarta -

Program Pendidikan

Program pendidikan di IIQ An Nur Yogyakarta adalah program sarjana (S-1).

Mahasiswa Baru

Informasi seputar penerimaan mahasiswa baru, sila klik “Info PMB”

Informasi Beasiswa

IIQ An Nur Yogyakarta mengakomodir beberapa formasi beasiswa.

Publikasi Ilmiah

Para dosen IIQ An Nur Yogyakarta telah mempublikasikan hasil penelitian mereka di sejumlah jurnal, baik regional, nasional, maupun internasional.

INSTITUT ILMU AL QURAN

Penerimaan Mahasiswa Baru

 

Untuk informasi lengkap tentang penerimaan mahasiswa baru, klik “Info PMB” di bawah ini:

ALASAN BERKULIAH

Kenapa Harus Kuliah di IIQ AN Nur Yogyakarta?

1

Berbasis al-Qur'an dan Kepesantrenan

IIQ An Nur Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi terdepan di Indonesia yang berbasiskan pada al-Qur'an dan kepesantrenan.
2

Hafal al-Qur'an sekaligus Ahli Pemikiran Islam

IIQ An Nur Yogyakarta mengupayakan lahirnya generasi muda yang hafal al-Qur'an sekaligus ahli pemikiran Islam.
3

Menjadi Santri yang Cakap dalam Ilmu-ilmu Modern

IIQ An Nur Yogyakarta mengembangkan program pendidikan demi tercetaknya generasi berkarakter santri yang cakap dalam ilmu-ilmu modern.
4

Skil dan Pengembangan Diri

Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta dapat memupuk skil dan pengembangan diri di sejumlah organisasi intra dan ekstra-kampus, serta program-program baik soft skill maupun hard skill yang diwadahi oleh kampus.
TENTANG KAMI

Tentang IIQ An Nur Yogyakarta

Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta didirikan oleh KH. Nawawi Abdul Aziz, seorang ulama penghafal al-Qu’an dan ahli qira’ah sab’ah, serta pendiri Pondok Pesantren An Nur.

Lingkungan Kampus

Lingkungan kampus IIQ An Nur Yogyakarta sangat menunjang terhadap iklim belajar.

Tahfidz Al-Qur’an

Tahfidz al-Qur'an sudah sangat melekat dengan IIQ An Nur Yogyakarta.

Kewirausahaan

Selain menjalankan fungsi pendidikan dan pembelajaran, IIQ An Nur Yogyakarta juga mengembangkan bidang-bidang kewirausahaan.
“Kriteria yang biasanya digunakan untuk mengukur kesetiaan seorang santri kepada pesantren adalah kesungguhannya dalam melaksanakan pola kehidupan yang tertera dalam literatur fiqih dan tasawuf. Salah satu bentuk penerapan kriteria ini adalah sebutan 'ahli maksiat' bagi santri yang melanggar. ”
KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)