Kegiatan | Pembekalan KKN ke-21 IIQ An Nur Yogyakarta 2024 |
Tempat | Auditorium IIQ An Nur Yogyakarta |
Waktu | Jum’at (29/11), pukul 10:00–11:00 |
Pemateri | Ahmad Nur Syahid, M.Ling. |
Moderator | Muchamad Mufid, M.Pd. |
Materi | Sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hindup Bantul tentang Kegiatan Masyarakat Berwawasan Lingkungan |
Yogyakarta—Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan ke-21 Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta direncanakan akan dilaksanakan dari tanggal 9 Desember 2024 hingga 16 Januari 2025. Peserta KKN akan diterjunkan di sejumlah pedukuhan di Kelurahan Dlingo, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul, pada Senin (8/12).
Secara geografis, Dlingo dikenal sebagai wilayah berbukit-bukit. Sedangkan secara ekonomis, ia merupakan desa wisata. Beberapa destinasi wisata Dlingo yang terkenal meliputi Hutan Pinus Mangunan, Bukit Panguk Kediwung, Puncak Becici, Grojogan Lepo Dlingo, Jurang Tembelan, Bukit Bego, Seribu Batu Songgo Langit, Kebun Buah Mangunan, Watu Goyang, dan lain-lain.
“Dua hal inilah yang perlu kalian waspadai, mengingat priode KKN kalian Desember–Januari, periode di mana ledakan wisatawan akan terjadi sepanjang liburan Nataru (Natal dan tahun baru). Problem pertama yang bakal menanti kalian adalah problem sampah. Sedangkan problem kedua adalah tantangan trayektori yang bakal licin karena di dua bulan ini, menurut BMKG, curah hujan cukup tinggi,” tutur fasilitator dan penyuluh lingkungan hidup Dewan Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Ahmad Nur Syahid, M.Ling, ketika mengisi acara Pembekalan KKN ke-21 IIQ An Nur Yogyakarta 2024 pada Jum’at (29/11) di gedung auditorium kampus.
Problem yang perlu mendapat perhatian serius, menurut Syahid, adalah problem sampah. Volume sampah akan membengkak pada masa-masa akhir Desember 2024 dan awal Januari 2025 seturut membengkaknya volume wisatawan lantaran musim liburan Nataru. Apalagi, masalah sampah di Dlingo—dan di Bantul secara umum—telah menjadi problem krusial dari tahun ke tahun. Harapannya, dengan mengusung tema lingkungan (“Sinergi Pendidikan, Ekonomi, dan Spiritual dalam Masyarakat Berwawasan Lingkungan”), mahasiswa KKN mampu memberikan sumbangsih riil berupa problem solving dan langkah penyadaran serta pelatihan pengelolaan sampah.
“Saya titip, sampah masuk program KKN kalian karena Bantul termasuk wilayah darurat sampah. Masyarakat Dlingo diedukasi mengenai pengelolaan sampah yang benar menurut standar pemerintah,” kata Syahid.
“Secara spesifik, jenis sampah yang menjadi masalah di Dlingo adalah sampah anorganik dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Adapun sampah organiknya aman karena dialihkan jadi pakan ternak. Meski demikian, pemilahan antara sampah organik dan anorganik di masing-masing rumah di kalangan masyarakat Dlingo masih lemah sehingga hal ini menjadi problem tambahan. Jadi, saya berharap, orientasi program KKN kalian ke cara pengelolaan sampah anorganik-B3 serta edukasi mengenai pemilahan sampah menurut jenisnya dari sumbernya (rumah, warung makan, dan lain-lain),” tambah Syahid. (MAF).