Sabtu 05/10, auditorium IIQ An Nur dipenuhi oleh peserta acara diskusi publik. Acara ini diadakan oleh DEMA F Tarbiyah. Total peserta kisaran 60 orang dari mayoritas mahasiswa IIQ An Nur dan minoritas orang luar kampus. Pada acara ini, panitia mengundang 3 narasumber Berkaitan dengan temanya, acara ini membahas tentang keadaan papua baik sekarang ataupun pada jaman dulu.
Pemateri dari polres Bantul menjelaskan bahwasannya papua dulunya bukan milik Indonesia. Papua adalah milik Belanda. Tetapi Indonesia yang meminta papua agar menjadi salah satu provinsinya. Akhirnya pada 1962 terjadi kesepakatan antara Indonesia dan Belanda yang dikenal dengan “Kesepakatan New York”. Adapun hasilnya adalah Belanda setuju menyerahkan Papua melalui PBB, dan Indonesia setuju menggelar referendum di Papua. Tepat tanggal 31 desember 1962, PBB mneyerahkan Papua untuk Indonesia. Jadi papua adalah satu-satunya provinsi yang pengakuannnya melalui mekanisme PBB.
Dengan mengetahui sejarah mengenai papua, tentu diharapkan dapat menambah cinta pada Indonesia khususnya tanah papua. “Walaupun memang secara karakter, baik karakter fisik ataupun jiwa, mereka mempunyai perbedaan dengan penduduk diwilayah yang lain. Namun sebenarnya, disinilah ladang toleransi antar ras di Indonesia.” Tutur Polres. Kemudian, dalam acara ini juga membahas papua pada keadaan sekarang. Bagaimana yang terjadi? Menurut narasumber, salah satu keadaan papua yang sampai sekarang masih saja menjadi masalah adalah kemiskinan yang masih sangat tinggi, diskriminasi rasisme, pelanggaran HAM yang tidak pernah tuntas, kegagalan pembangunan di wilayah papua, dan lain sebagainya.
Hal ini sudah ada sejak dulu, namun hanya saja sekarang memang sedang menjadi puncaknya sosial yang panas. Diskriminasi memang sudah ada sejak dulu. Dan untuk sekarang adalah waktunya saling menjaga kesatuan. Namun, ada satu penanya yang menyatakan mungkin saja ini adalah salah dari pemerintah. Karena adanya perbedaan respon atau perhatian antara wilayah papua dan wilayah selainnya. Dan ini tidak bisa dijadikan kepastian.
Diakhir pembahasan, dapat disimpulkan bahwasannya Papua adalah Indonesia, dan sebagai warga Indonesia harus benar-benar toleran antar yang lainnya. Walaupun mungkin terlihat berbeda, tetapi sebenarnya kita adalah satu. Dengan adanya acara ini, dari panitia mengharapkan dapat menjadikan sadar akan toleransi untuk sesama. (Qoqom/LPM)