Demi Wujudkan Mahasiswa Tangguh dan Berdaya Saing, IIQ An Nur Yogyakarta Hadirkan Peraih Delapan Beasiswa di Tiga Negara

BetterImage 1754035909951 - Demi Wujudkan Mahasiswa Tangguh dan Berdaya Saing, IIQ An Nur Yogyakarta Hadirkan Peraih Delapan Beasiswa di Tiga Negara

Bantul, 19 Juli 2025—Mewujudkan generasi tangguh dan berdaya saing merupakan cita-cita utama semua perguruan tinggi, tak terkecuali Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta. Menyadari pentingnya menggali potensi dalam diri mahasiswa, Fakultas Tarbiyah menghadirkan sosok inspiratif dalam sebuah seminar bertema “Optimalkan Diri untuk Wujudkan Generasi yang Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi”.

Seminar yang digelar pada Sabtu (19/07/2025) di Auditorium IIQ An Nur Yogyakarta tersebut menghadirkan Desi Utami, S.P., M.Env.Sc., Ph.D., seorang dosen muda dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang telah menorehkan prestasi mengesankan: meraih delapan beasiswa dari dari tiga negara berbeda.

Dalam sambutannya, Dr. Lina, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta, menyatakan bahwa seminar tersebut diadakan dalam rangka membekali mahasiswa untuk mengenali serta mengembangkan potensi diri mereka.

“Salah satu kekuatan yang kita miliki adalah bahwa mahasiswa-mahasiswa kita memiliki kemampuan tahsin dan tahfidz al-Qur’an yang mumpuni, sesuatu yang tak dimiliki oleh banyak kampus lain,” ujar Lina.

“Lebih dari itu, lingkungan pesantren juga memberikan perlindungan moral dan spiritual yang amat penting di tengah arus deras pengaruh negatif dari luar.”

Namun, menurut Lina, kekuatan itu perlu dilengkapi dengan keterampilan lain yang relevan dengan dunia modern.

“Mahasiswa kami juga harus terus mengasah softskill dan manajemen diri, agar mampu bersaing dengan lulusan dari berbagai perguruan tinggi lainnya. Karena itu, kami menghadirkan narasumber yang telah membuktikan kiprahnya di kancah internasional,” imbuhnya.

Dalam pemaparannya, Utami memulai dengan menyodorkan kenyataan pahit: menurut data Kementerian Ketenagakerjaan per-Mei 2025, terdapat lebih dari satu juta sarjana Indonesia yang belum terserap dunia kerja. Bahkan, ada yang telah menyebar 100 lamaran tanpa hasil.

“Inilah alasan mengapa kuliah tidak bisa hanya dipandang sebagai proses menuju kelulusan semata,” tegas Utami. “Tantangan sesungguhnya justru datang setelah toga dikenakan.”

Ia menambahkan bahwa tantangan tersebut tidak hanya berupa kompetisi ketat di dunia kerja, tetapi juga berupa digitalisasi yang masif, derasnya arus informasi yang kerap menyesatkan, hingga gangguan psikologis seperti kecemasan dan kehilangan arah.

Selanjutnya, Utami menyatakan bahwa inti dari pendidikan tinggi adalah membentuk dua hal mendasar, yakni kepribadian yang tangguh dan kemampuan untuk berdaya saing. Pribadi tangguh adalah mereka yang siap mental menghadapi perubahan, mampu beradaptasi dalam berbagai kondisi, serta menjadi solusi di tengah masalah. Sementara, daya saing dibangun melalui penguasaan ilmu, keterampilan teknis (hardskill), dan kemampuan interpersonal (softskill) secara seimbang.

Dalam suasana yang penuh semangat, Utami mengajak mahasiswa untuk berani bermimpi menempuh pendidikan di luar negeri. Selain kualitas akademiknya yang diakui dunia, pengalaman internasional dan ijazah dari institusi asing sering menjadi nilai tambah di mata dunia kerja. Ia pun berbagi strategi praktis dan pengalaman pribadi dalam meraih beasiswa.

Antusiasme mahasiswa terlihat jelas. Pertanyaan demi pertanyaan mengalir tanpa ragu, dan dijawab oleh Utami dengan semangat yang tak kalah menyala. [MAF].