Yogyakarta— Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta menggelar visiting professor pada Selasa (19/11) dengan mengundang Prof. Kim Jung Bog, Ph.D., seorang guru besar pendidikan fisika dari Korean National University of Education. Bertempat di Auditorium IIQ An Nur dan diikuti oleh hampir seluruh mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dari seluruh angkatan, kuliah internasional itu mengambil tajuk “Introduction of Peer Instruction and Tutorial for Learning Professional”.
Kedatangan Jung Bog ke IIQ An Nur Yogyakarta ditemani oleh sang istri dan Arifah Fauziah, M.Ed., Sekretaris International Office Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Arifah merupakan alumnus program master di almamater tempat Jung Bog mengajar.
Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur Yogyakarta, Dr. Lina, M.Pd., dalam sambutannya, menyatakan rasa syukur bahwa Jung Bog bersedia hadir dan share ilmu kepada mahasiswa kampus berbasis al-Qur’an dan kepesantrenan itu. Ia berharap para mahasiswa untuk berperan aktif memanfaatkan kesempatan belajar kepada Jung Bog karena kesempatan yang sama mungkin tidak akan datang dua kali.
Mujawazah, M.Pd., salah satu dosen Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur, bertindak sebagai pemandu acara sekaligus penerjemah karena presentasi Jung Bog disampaikan dalam bahasa Inggris. Jung Bog mempresentasikan tentang metode peer teaching (pembelajaran sebaya).
Secara sederhana, peer teaching adalah metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik sebagai pengajar. Peserta didik saling mengajari satu sama lain, sedangkan guru/dosen hanya bertindak sebagai pengawas dan evaluator. Peer teaching merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
“Metode belajar yang paling efektif adalah mengajar,” demikian tukas Jung Bog.
Jung Bog langsung mempraktikkan peer teaching di depan mahasiswa dengan membuat kuis. Ia mengambil sebuah tisu, lalu membuat lubang di bagian tengahnya, dan meminta agar tisu tersebut dibayangkan sebagai sebuah piringan.
“Jika piringan itu dipanaskan, apakah lubangnya semakin membesar, atau mengecil, atau tetap, dalam arti tidak membesar dan tidak mengecil? Coba acungkan jari. Satu jari untuk ‘membesar’, dua jari untuk ‘mengecil’, dan tiga jari untuk ‘tetap’,” pinta Jung Bog yang kemudian diikuti oleh pengecungan jari oleh mahasiswa.
“Sekarang, cari teman yang punya jawaban berbeda dan saling menjelaskan alasan di jawaban masing-masing,” tambah Jung Bog.
Mujawazah menerangkan bahwa contoh kuis Jung Bog itu memang materi fisika, ilmu yang tidak diajarkan di IIQ An Nur Yogyakarta, namun intinya sama, bahwa dalam peer teaching, orang harus punya pemikiran yang terbuka.
“Diskusikanlah hal-hal yang penting, bukan yang penting berdiskusi,” cetus Mujawazah.
Seorang mahasiswa, Abdul Rozak, bertanya tentang perbedaan mahasiswa Korea dengan mahasiswa Indonesia. Jung Bog menjawab bahwa banyak mahasiswa di Korea tidak mendengarkan pemaparan dosen di depan kelas karena rata-rata mereka sebelum masuk kelas sudah paham materi yang akan disampaikan oleh dosen.
“Saya suka di sini karena kalian open minded. Kalian mendengarkan pemaparan saya dengan baik. Kalian respek terhadap saya,” jawab Jung Bog.
“Kita bersyukur hidup di negeri ini karena di sini kita diikat oleh etika saling menghormati dan menghargai. Meskipun kita pintar, kita tetap mau mendengarkan orang yang berbicara kepada kita. Kita tidak cuek, walaupun kapasitas orang yang ngomong lebih rendah daripada kita,” tukas Mujawazah yang menginterpretasikan jawaban Jung Bog itu. (MAF).