Halaqah dan Dialog Kebangsaan di PP. An Nur Ngrukem, Mahfud MD: Pemimpin itu Tidak Minta Dipilih

2 - Halaqah dan Dialog Kebangsaan di PP. An Nur Ngrukem, Mahfud MD: Pemimpin itu Tidak Minta Dipilih

Halaqah dan Dialog Kebangsaan di PP. An Nur Ngrukem, Mahfud MD: Pemimpin itu Tidak Minta Dipilih

YogyakartaDi dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, Nabi Muhammad Saw. bersabda kepada sahabat Abdurrahman bin Samurah Ra., “Janganlah engkau meminta jabatan. Jika engkau diberi jabatan karena engkau memintanya, engkau akan dibebani tanggung jawab yang berat. Tetapi, jika engkau diberi jabatan tidak atas permintaanmu, engkau akan dibantu.”

Itulah hadis yang disitir oleh Mahfud MD ketika mengawali presentasinya dalam “Halaqah dan Dialog Kebangsaan Bersama Prof. Dr. H. Muhammad Mahfud Mahmodin, S.H., S.U., M.I.P. (Menkopolhukam RI)” pada Rabu (24/01). Halaqah dan dialog kebangsaan ini digelar di aula Pondok Pesantren An Nur Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul.

“Dulu, waktu saya diminta oleh Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid, red.) menjadi Menteri Pertahanan, saya merasa tidak pantas dan tidak mampu. Saya pun memanggil kolega-kolega saya di NU, Muslimat, dan teman-teman dari Madura untuk menyampaikan maksud saya menolak jabatan itu. Mas Malik Madani (tokoh NU Yogyakarta, red.) bertanya kepada saya, ‘Apakah Dik Mahfud minta jabatan ini?’ Saya pun menjawab, tidak. ‘Kalau begitu, jangan mundur. Sebab, menurut etika politik sebagaimana tersebut dalam hadis, posisi Dik Mahfud sudah benar, tidak minta dipilih, melainkan dipilih.’,” demikian tegas Mahfud bercerita tentang pengalaman pertamanya merangsek ke pusaran kekuasaan.

Menurutnya, ketika seseorang diberi kekuasaan, ia harus menjalankan kekuasaan itu sejalan dengan fiqhus siyasah (fikih politik), dan tidak melenceng dari itu. Sebab, kekuasaan itu sesungguhnya diberi oleh Allah Swt., dan nantinya akan dicabut lagi oleh Allah Swt., oleh karenanya harus dijalankan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah Swt.

“Saya diberi amalan oleh Gus Dur supaya dibaca ketika diberi amanah jabatan, yaitu rabbii adkhilnii mudkhala shidqiw wa akhrijnii mukhraja shidqiw waj’allii minladungka shulthaan nashiiraa (QS. al-Israa’ [17]: 80, red.),” ucap Mahfud.

Kemudian, Mahfud memberikan tips-tips memilih pemimpin menurut fiqh politik.

“Di dalam kitab Al-Ahkam ash-Shultaniyah, Imam al-Mawardi memberikan rambu-rambu kepada kita sebagai pedoman untuk memilih pemimpin. Ada lima parameter pemimpin itu, yakni harus pintar, harus adil, harus berani, harus sederhana, dan harus sehat jasmani-ruhani,” tegasnya.

Hadir dalam acara ini KH. Yasin Nawawi dan para dzurriyah pengasuh PP. An Nur Ngrukem, KH. Azhari Abta, Gawagis, Nawaning, civitas akademika IIQ An Nur Yogyakarta, alumni PP. An Nur Ngrekum, dan para undangan yang lain. (MAF).