Hikmah di Balik Paguyuban Yasinan Dusun Grudo

WhatsApp Image 2020 02 10 at 09.52.35 - Hikmah di Balik Paguyuban Yasinan Dusun Grudo

Oleh: Muhamad Jamaludin (Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta)

Mahasiswa IIQ An Nur Yogyakarta angkatan ke 16 mulai bulan Februari hingga April 2020 mendatang diterjunkan ke desa Panjangrejo, Pundong, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dalam agenda Kuliah Kerja Nyata (KKN). Penulis mendapatkan kesempatan belajar bermasyarakat bertepatan di Dusun Grudo, Panjangrejo. KKN ini merupakan salah satu ajang pengabdian kecil  mahasiswa kepada masyarakat.

Dusun Grudo memiliki  empat wilayah RT yang terdiri hampir 200 kepala keluarga di dalamnya. Di sini masyarakat memiliki banyak variasi keagamaan yang sudah rutin dilaksanakan seperti mujahadah pada malam Senin untuk kalangan bapak-bapak, mujahadah pada malam Rabu untuk kalangan ibu-ibu, pengajian Sabtu legi untuk semua kalangan dalam rangka mendoakan para korban bencana gempa Yogyakarta 2006 silam, paguyuban Yasinan keliling pada malam Jum’at, dan masih banyak kegiatan keagamaan lainnya.

Sahabatku, pada paguyuban Yasinan ini penulis tersenyum kala mendengarkan pernyataan ketua RT 02 yang sangat rinci menjelaskan bahwa tradisi ini merupakan salah satu warisan terdahulu sejak 40 tahun lamanya. Paguyuban Yasinan ini bukan hanya untuk kumpul-kumpul semata yang kemudian membicarakan berbagai persoalan di masyarakat dusun Grudo. Tradisi ini sangat moderat karena melihat beberapa pertimbangan yang ada, seperti penulis bertanya pada salah satu warga yang mengikuti paguyuban ini, beliau mbah Yusuf yang saat ini sudah berumur hampir 70 tahun.

“Mengapa yasinan ini tidak dilaksanakan di masjid saja?” Tanya penulis. “Ya karena tidak semua warga bisa pergi ke masjid, mas. Warga di sini rata-rata sebagai petani yang kadang waktunya digunakan untuk beristirahat di rumah, namun kalau diundang personal hadir di rumah yang mendapat gilirannya mesti akan hadir.” Jawab  beliau.

Jawaban tersebut mensimbolkan bahwa tempat dilaksanakan paguyuban ini merupakan salah satu bentuk pemikiran yang sangat moderat di masyarakat Grudo. Hal ini karena untuk menyesuaikan minat  masyarakat untuk selalu berdzikir dan memuji Allah SWT tidak mesti dipaksakan di masjid. Hal ini sangat toleran sekali karena yang ditonjolkan di sini adalah substansi dari memuji Allah-nya, hanya saja teknisnya dibuat lebih merakyat dan membuat masyarakat sangat nyaman.

Paguyuban Yasinan bukan hanya majlis dzikir dan majlis doa saja. Di paguyuban ini masyarakat pun sangat asyik membicarakan banyak persoalan kehidupannya. Satu hal yang sangat khas di sini adalah adanya pembacaan iuran masyarakat (baca: arisan) untuk pembeliaan hewan qurban setiap tahunnya. Ini merupakan bentuk komitmen yang luar biasa di masyarakat, maka tidak mengherankan jika ketua RT 02 menegaskan bahwa ini merupakan ajang memajukan kemandirian umat di Dusun Grudo.

Sahabatku, hikmah yang dapat kita ambil dari paguyuban Yasinan malam Jum’at ini adalah bagaimana kita bersikap moderat dalam mengenalkan syariat Islam kepada masyarakat sekitar. Dalam konteks ukhuwah, ini merupakan ajang penguatan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah, serta ukhuwah Basyariyah agar selalu saling menghargai sesama dan tidak saling menghujat sesama hingga menimbulkan pola pikir yang radikal.

Tulisan sederhana ini merupakan bentuk celotehan untuk sama-sama kita merenung dan membuka kembali pemikiran kita agar melihat beberapa fenomena dari berbagai segi. Paguyuban Yasinan ini salah satu contoh nyata bahwa fenomena di masyarakat jika dilihat dari beberapa segi akan memiliki banyak arti dan kemaslahatan dan kemajuan sesama umat. Mari sama-sama kita junjung tradisi seperti ini dan selalu mengedepankan nilai-nilai toleransi sesama kita baik dalam menjalankan tradisi beragama apalagi berbeda agama.

Wallahualam.