Civitas akademika Institut Agama Islam Cirebon (IAIC) melakukan lawatan ke Yogyakarta. Tujuan utama dari lawatan itu adalah bersilaturahmi sekaligus melaksanakan benchmarking (penolokukuran) dengan Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta. Begitu sampai di area Pondok Pesantren An Nur Yogyakarta pada Kamis (04/01) pagi hari, rombongan dosen dan mahasiswa IAIC yang berjumlah 60 orang itu terlebih dahulu berziarah ke maqbarah pendiri Pondok Pesantren An Nur, KH. Nawawi Abdul Aziz, sebelum akhirnya bermuwajjahah dengan civitas akademika IIQ An Nur di Auditorium IIQ An Nur dalam rangka melaksanakan kegiatan benchmarking.
Dengan dipandu oleh MC dari mahasiwa IIQ An Nur, acara benchmarking dua insan akademik kampus Islam itu berjalan hangat dan bersahabat. Setelah acara dibuka, sambutan pertama diisi oleh Lina, Dekan Fakultas Tarbiyah IIQ An Nur. Dalam sambutannya, Lina menyatakan sangat senang dengan kerja sama antara IIQ An Nur dengan IAIC.
“Kita berharap, MoU/MoA ini bukan sekadar formalitas belaka, melainkan benar-benar dilaksanakan ke depannya untuk kemanfaatan bersama,” ujar Lina.
Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Luthfiyah Hakim, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIC. Ia menyampaikan bahwa semenjak IAIC berubah nama dari “sekolah tinggi” ke “institut”, IAIC semangaja memperbanyak kerja sama dengan kampus-kampus lain guna pengembangan di intern IAIC sendiri.
“Harapan kami, kami punya banyak cecabang kerja sama sehingga diharapkan hal ini akan memacu pengembangan di intern perguruan tinggi kami,” ucap Luthfiyah.
Di tengah-tengah sambutannya, Luthfiyah menampilkan video profil IAIC untuk memperkenalkan IAIC kepada civitas akademika IIQ An Nur.
Sambutan ketiga disampaikan oleh Ahmad Shofiyuddin Ichsan, Ketua LP2M IIQ An Nur. Shofi berharap acara benchmarking ini menjadi ajang silaturahmi yang saling mendukung untuk keberhasilan satu sama lain.
“Harapannya, acara ini menjadi awal silaturahmi yang berkelalnjutan ke depannya,” demikian ucap Shofi.
Setelah sambutan, diadakan termin tanya-jawab. Dalam termin ini, tiga dekan fakultas di lingkungan IIQ An Nur (Tarbiyah, Ushuluddin, dan FEBI) plus Ketua LP2M menempati tempat pengisi acara di depan, sedangkan civitas akademika IAIC dipersilakan untuk bertanya seputar hal-hal yang perlu mereka ketahui seputar IIQ An Nur yang bisa menjadi inspirasi bagi pengembangan IAIC.
Dari beberapa dosen dan mahasiswa IAIC yang menyampaikan pertanyaan, setidaknya ada dua yang penting digarisbawahi terkait keunggulan dari IIQ An Nur. Pertama, IIQ An Nur punya program unggulan tahfidz al-Qur’an.
“Program tahfidz ini bertingkat-tingkat. Untuk grade A, tiap-tiap mahasiswa diwajibkan hafal tiga juz per-semester; untuk grade B, 1,5 juz per-semester. Begitu seterusnya, tergantung kemampuan masing-masing mahasiswanya,” cetus Lina tatkala ditanya oleh mahasiswa IAIC, Ahmad Yani, terkait metode, aturan, dan implementasi program tahfidz al-Qur’an di IIQ An Nur.
Kedua, IIQ An Nur unggul dalam penggunaan kitab-kitab turats di satu sisi, dan di sisi lain mengembangkan metode living Quran untuk meneropong gejala-gejala budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
“Kita moderat dalam penggunaan kitab-kitab kuning. Kalua ada terjemahannya, mahasiswa dipersilakan untuk menggunakan terjemahan itu, seperti Tafsir Ibnu Katsir. Namun, kami juga menggunakan kitab Tafsir Ar-Razi yang tidak ada terjemahannya. Jadi, mahasiswa harus merujuk kepada kitab kuningnya. Oleh karenanya, mereka dituntut untuk bisa membaca kitab kuning,” jelas Arif Nuh Safri, Ketua Program Studi Ilmu Hadits, menjawab pertanyaan Ilham Fauzi, mahasiswa IAIC.
Acara inti benchmarking ini adalah penandatanganan MoU/MoA (Memorandum of Understanding/Memorandum of Agreement). Dalam penandatangan ini, pihak IIQ An Nur diwakili oleh Lina (Dekan Fakultas Tarbiyah), M. Arif Kurniawan (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam), Arif Nuh Safri (perwakilan Dekan Fakultas Ushuluddin), dan Ahmad Shofiyuddin Ichsan (Ketua LP2M). Sedangkan dari pihak IAIC, diwakili oleh Luthfiyah Hakim (Dekan Fakultas Tarbiyah), Masyhari (Dekan Fakultas Syariah), Ahmad Lutfi Hidayat (Dekan Fakultas Ushuluddin), dan Nuniek Rahmatika (Ketua Lembaga Penelitian, Penulisan, dan Penerbitan Ilmiah). Kemudian, dilanjutkan dengan acara penyerahan cinderamata oleh civitas akademika IAIC kepda civitas akademika IIQ An Nur. (MAF).