
Semarang, 19 Februari 2025—Sivitas akademik Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta melaksanakan kunjungan akademik ke Kota Semarang pada Selasa (18/2/2025). Rombongan yang terdiri dari 10 dosen, pengelola, tenaga kependidikan (tendik), serta 44 mahasiswa semester lima dari Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) dan Program Studi Ilmu Hadis (ILHA) ini dipimpin langsung oleh Rektor IIQ An Nur Yogyakarta, Dr. Ahmad Sihabul Millah, M.A., dan Dekan Fakultas Ushuluddin, H. Muhammad Ikhsanudin, M.S.I.
Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan studi tiru, kerja sama akademik, serta pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo serta Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat (KOPISODA).
Setibanya di FUHUM UIN Walisongo, rombongan IIQ An Nur Yogyakarta disambut oleh Wakil Dekan I Dr. Sri Purwaningsih, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Mundhir, M.Ag., Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Muhtarom, M.Ag., Kepala Bagian Tata Usaha Dr. H. Samidi, M.Si., serta jajaran tendik.
Dalam pertemuan yang berlangsung di auditorium, Sri Purwaningsih mengungkapkan apresiasinya atas kunjungan ini.
“Semoga studi tiru dan kerja sama ini semakin mempererat silaturahmi antara Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo dengan Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta,” ujarnya.
Ia juga memperkenalkan sistem akademik serta keunggulan FUHUM, salah satunya adalah integrasi kitab kuning dalam kurikulum. Kitab turats tidak hanya menjadi rujukan utama dalam berbagai mata kuliah, tetapi juga diintegrasikan dalam metode pembelajaran yang mewajibkan mahasiswa menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam beberapa sesi perkuliahan.
“Jika mata kuliahnya Ulumul Qur’an, misalnya, 90% rujukan wajib berbahasa Arab,” tambahnya.
Sementara, Mundhir menyatakan bahwa FUHUM hanya memiliki Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, tidak memiliki jurusan ilmu hadis sebagaimana Prodi ILHA di IIQ An Nur Yogyakarta. Namun, menurut Mundhir, kurikulumnya telah mengadopsi elemen tafsir hadis serta berbagai disiplin ilmu Islam lainnya.
“IAT di FUHUM lebih menyerupai Islamic studies karena banyak unsur di luar IAT yang kami adopsi sesuai kebutuhan akademik,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa UIN Walisongo mengembangkan program bertaraf internasional, dan kebijakan ini menuntut tiap-tiap fakultas memiliki satu jurusan prioritas yang berstandar internasional.
“Di FUHUM, IAT memiliki Program Khusus yang diprioritaskan berstandar global,” terang Mundhir.
Menanggapi hal ini, Ikhsanudin menyampaikan apresiasi dan menyatakan bahwa banyak aspek dari FUHUM yang bisa menjadi inspirasi bagi pengembangan akademik di IIQ An Nur Yogyakarta.
“Salah satu hal menarik yang kami pelajari adalah penerapan kurikulum berbasis kitab turats. Ini akan menjadi perspektif baru dalam pengembangan Fakultas Ushuluddin di IIQ An Nur Yogyakarta,” ungkapnya.
Sebagai bentuk komitmen dalam pengembangan akademik, pertemuan ini ditutup dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait peningkatan mutu pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta pengembangan sumber daya manusia. MoU ini ditandatangani oleh Ikhsanudin dari IIQ An Nur Yogyakarta dan Sri Purwaningsih dari FUHUM UIN Walisongo.
Setelah kegiatan di UIN Walisongo, rombongan IIQ An Nur Yogyakarta melanjutkan perjalanan ke Komunitas Pecinta Kyai Sholeh Darat (KOPISODA) yang berlokasi di Jl. Kelapa Gading VI, Gembyong, Plamongan Sari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.
KOPISODA, yang dipimpin oleh Dr. H. M. In’amuzzahidin, M.Ag., merupakan komunitas yang berfokus pada kajian pemikiran dan karya-karya KH. Sholeh bin Umar as-Samarani (Mbah Sholeh Darat), seorang ulama besar yang menjadi guru dari KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).
Dalam diskusi yang berlangsung, kedua belah pihak membahas metode tafsir serta kitab-kitab karya Mbah Sholeh Darat. Diskusi ini semakin menarik dengan kehadiran beberapa dzurriyah (keturunan) dari Mbah Sholeh Darat yang turut memberikan wawasan tentang perjalanan intelektual sang ulama.
In’amuzzahidin berharap agar IIQ An Nur Yogyakarta dapat mengadakan seminar akademik khusus membahas pemikiran, sejarah, serta kontribusi Mbah Sholeh Darat dalam dunia keislaman.
“Kami berharap suatu saat IIQ An Nur Yogyakarta menyelenggarakan seminar yang membahas pemikiran dan karya-karya beliau,” tuturnya.
Kegiatan ini diakhiri dengan penandatanganan MoU antara IIQ An Nur Yogyakarta dan KOPISODA sebagai bentuk komitmen dalam kajian keislaman dan pengembangan akademik.
Sebagai penutup rangkaian studi tiru di Semarang, rombongan berziarah dan berdoa di maqbarah Mbah Sholeh Darat yang terletak di Jl. Bendungan, Randusari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. (MAF).