Sosialisasi Permendikbud No. 53 Tahun 2023, Fakhri: Kurikulum Prodi Harus Diorientasikan pada Perkembangan Dunia Kerja

DSC9201 - Sosialisasi Permendikbud No. 53 Tahun 2023, Fakhri: Kurikulum Prodi Harus Diorientasikan pada Perkembangan Dunia Kerja

Yogyakarta—Implementasi MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi civitas akademika di perguruan tinggi seluruh Indonesia. Tiap-tiap program studi (prodi) dituntut untuk merekonstruksi kurikulumnya agar lebih beradabtasi dengan perkembangan dunia kerja saat ini yang berbasis digital. Dengan demikian, matakuliah-matakuliah yang terdapat dalam prodi harus pula direkonstruksi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan orientasi kurikulum prodi yang baru.

Termasuk dalam upaya adabtasi tersebut adalah meng-upgrade teknologi pengajaran dan layanan yang berbasis digital. Juga, menambah dosen tidak tetap (outsourcing) yang memiliki kecakapan keterampilan untuk mencetak lulusan yang siap kerja. Ini penting dilakukan oleh perguruan tinggi untuk memperkuat kurikulum prodi.

Demikian salah satu poin penting yang disampaikan oleh Ketua Lembaga Penjamin Mutu (LPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Muhammad Fakhri Husein, di hadapan civitas akademika Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta pada Kamis (29/02) terkait sosialisasi Permendikbud No. 53 Tahun 2023. Acara yang digelar di Auditorium IIQ An Nur Yogyakarta ini bertajuk “Tindak Lanjut Penerapan Penjaminan Mutu dan Kurikulum Berbasis Permendikbud No. 53 Tahun 2023”.

“Menurut data, semakin ke sini semakin banyak prodi-prodi PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) yang sepi peminat, bahkan di beberapa kampus malah resmi ditutup. Prodi-prodi itu, misalnya, ilmu al-Qur’an dan tafsir (IAT) atau ilmu hadits (ILHA). Ini semua dikarenakan kurikulum prodi-prodi tersebut tidak diinovasi dan tidak diorientasikan pada perkembangan dunia kerja,” tukas Fakhri.

Maka, beban yang tidak mudah terpaggul di pundak civitas akademika IIQ An Nur Yogyakarta, terutama dosen-dosen prodi IAT dan ILHA, mengingat dua prodi tersebut merupakan “ruh” dari perguruan tinggi berbasis al-Qur’an dan kepesantrenan ini. Jika kurikulumnya tidak diinovasi dan diadaptasi dengan perkembangan dunia kerja, kemungkinan ke depannya dua prodi ini akan sepi peminat, bahkan tidak menutup kemungkinan akan terpaksa ditutup karena tidak adanya mahasiswa yang mendaftar. (MAF).