Bantul, 29 Oktober 2025—Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) An Nur Yogyakarta menerima kunjungan dari Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, pada Rabu (29/10/2025).
Rombongan yang dipimpin oleh Shofwan Muttaqin, S.Ag., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik (PDA) mata kuliah living Qur’an, datang dalam rangka studi pengayaan living Qur’an di lingkungan kampus berbasis Pondok Pesantren Darussalam Gontor tersebut.
Kedatangan mereka disambut oleh jajaran pimpinan dan pengelola Fakultas Ushuluddin IIQ An Nur Yogyakarta, yaitu Dr. Abdul Jabpar, M.Phil. (Ketua Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir), Nur Aini, M.A. (Sekretaris Fakultas Ushuluddin), dan Indra Ayu Aninda Wibowo, S.M. (Staf Administrasi Fakultas Ushuluddin). Turut hadir pula beberapa mahasiswa anggota Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin.
Rombongan UNIDA Gontor diterima di ruang rapat kampus dan mengikuti seminar mini bertema “Eksistensi Living Qur’an di IIQ An Nur Yogyakarta.” Dalam seminar tersebut, Jabpar menjelaskan bahwa sejak awal berdirinya, Prodi IAT telah memiliki mata kuliah living Qur’an. Menurutnya, living Qur’an merupakan pendekatan studi al-Qur’an yang mempelajari bagaimana teks suci tersebut “hidup” dan dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
“Pendekatan ini berbeda dengan studi tekstual yang berfokus pada tafsir atau filologi. Living Qur’an lebih menekankan pada aspek dinamika sosial, budaya, dan ritual keagamaan dalam pengamalan ajaran al-Qur’an. Jadi, yang dikaji adalah bagaimana ayat-ayat al-Qur’an dihayati dan diwujudkan dalam tradisi, hukum, atau etika sosial masyarakat,” ujar Jabpar.
Ia menambahkan, mata kuliah living Qur’an di IIQ An Nur Yogyakarta diperkuat dengan beberapa mata kuliah pendukung lainnya, seperti metodologi penelitian (metopen) IAT, sosiologi agama, dan antropologi agama.
“Kita memiliki dua jenis metopen. Metopen umum yang memperkenalkan tata cara riset, dan metopen khusus untuk penelitian al-Qur’an dan tafsir, termasuk living Qur’an. Untuk Prodi IAT, kita punya metopen Qur’an, sementara Prodi Ilmu Hadis (ILHA) memiliki metopen Hadis,” jelasnya.
Lebih lanjut, Jabpar menjelaskan bahwa mata kuliah living Qur’an di IIQ An Nur Yogyakarta dijalankan dalam tiga tahapan. Pertama, mahasiswa diperkenalkan pada teori-teori dan tokoh-tokoh living Qur’an. Kedua, mereka mempelajari pendekatan antropologi dan sosiologi. Ketiga, dosen mengarahkan mahasiswa untuk melakukan mini riset minimal satu kali setiap semester.
“Dalam mini riset ini, mahasiswa meneliti bagaimana al-Qur’an hidup di tengah masyarakat dengan menggunakan pendekatan antropologi atau sosiologi,” tambah Jabpar.
Sementara itu, Nur Aini menegaskan bahwa meskipun menggunakan pendekatan antropologi dan sosiologi, penelitian living Qur’an tidak boleh terjebak menjadi murni riset sosial atau antropologi.
“Kalau mahasiswa hanya memotret fenomena sosial atau budaya al-Qur’an di suatu tempat, itu penelitian sosiologi atau antropologi, bukan living Qur’an. Fokus penelitian living Qur’an adalah bagaimana teks suci dipraktikkan, dimaknai, dan dijadikan pedoman dalam kehidupan masyarakat. Jadi, yang diteliti adalah fenomena sosial dan kultural yang muncul dari interaksi masyarakat dengan al-Qur’an,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa dosen-dosen IAT didorong untuk melakukan riset living Qur’an agar memiliki kapasitas sebagai peneliti profesional di bidang tersebut.
“Dengan cara ini, para dosen IAT dapat menjadi peneliti Living Qur’an yang profesional,” ujarnya.
Selain itu, Nur Aini menyebut bahwa IIQ An Nur Yogyakarta memiliki Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Dakwah (KORDA) yang menjalankan berbagai program implementasi nilai-nilai al-Qur’an di masyarakat, seperti kegiatan pembinaan di mushala, TPA, dan masjid sekitar kampus. [MAF].