Wisuda IIQ An-Nur Angkatan IX

Desain tanpa judul 2 - Wisuda IIQ An-Nur Angkatan IX

Wisuda IIQ An-Nur Angkatan IX
(Tampil Nyata dan Berkarya Nyata)
Tahun ini, Institut Ilmu al-Qur’an An-Nur selesai melaksanakan prosesi wisuda Mahasiswa/wi tepat pada hari Sabtu, 23 September 2017. Prosesi wisuda yang dihadiri oleh tamu undangan dari berbagai kalangan, dan profesi ini menjadi momentum pertama sebagai bentuk sumbangsih IIQ An-Nur dalam mencetak intelektual yang berbasis al-Qur’an setelah beralih status dari Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ) sejak tahun 2002, menjadi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) pada tahun 2017. Dengan peralihan tersebut, diharapkan kiprah IIQ An-Nur menjadi lebih tampil nyata dan berkarya nyata bagi Agama, Nusa dan Bangsa. Termasuk dalam rangka dan mengemban tanggung jawab sebagai anak bangsa dalam menjaga stabilitas dan keutuhan NKRI.
Berdasar pada apa yang disampaikan oleh Wakil Rektor I bidang Akademik, Khoirun Niyat, M.A., dari total 57 wisudawan, ada 12 orang yang meraih Cumlaude, dan 7 di antaranya mampu mengkhatamkan al-Qur’an secara baik dan sempurna. Dengan demikian, selain mendapat gelar sarjana, pun menyandang gelar yang sangat bermakna tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat, yaitu al-hafizh. Dan yang tak kalah mengagumkan adalah, 3 orang di antara 7 al-hafizh tersebut bahkan ahli dalam Qira’ah Sab’ah. Oleh sebab itu, IIQ An-Nur yang berkiprah dalam mencetak intelektual muslim berbasis al-Qur’an merupakan salah satu Perguruan Tinggi Islam yang sangat konsern dalam merawat dan memelihara tradisi turats dan Pesantren. Sehingga IIQ An-Nur tidak sekedar mencetak mahasiswa intelektual, namun juga melahirkan Mahasiswa Santri atau Santri Mahasiswa. Untuk meningkatkan capaian tersebut, pada periode berikutnya diharapkan dan semoga IIQ An-Nur mampu melahirkan intelektual muslim al-hafizh dan ahli dalam Qira’ah Sab’ah yang lebih banyak lagi. Sehingga, khashishah atau keistimewaan dan keunikan IIQ An-Nur semakin bisa mengenalkan sekaligus mengharumkan nama baik IIQ An-Nur dalam kancah yang lebih luas.
Dalam kesempatan lain, Rektor IIQ An-Nur, Drs. Heri Kuswanto, M.Si., memaparkan bahwa IIQ An-Nur terus berbenah dalam meningkatkan kualitas sumber dayanya. Hal ini dibuktikan salah satunya dengan adanya beberapa Dosen IIQ An-Nur yang diberi kesempatan untuk melanjutkan studi Doktoral di berbagai Universitas. Setidaknya, saat ini ada 7 dosen yang sedang dan akan menempuh kuliah Doktor. Bahkan tahun ini, ada empat rancangan Penelitian Tingkat Nasional dosen yang diterima dan lolos. Semua dalam rangka tampil nyata dan berkarya nyata untuk Agama, Nusa, dan Bangsa.
Di akhir sambutannya, Rektor memberikan gambaran motivasi yang luar biasa pada semua yang hadir, secara khusus bagi para wisudawan, “Walaupun kaki berdiri di Bumi, rintangan banyak melilit, namun nama dan karya IIQ An-Nur harus mampu menjulang tinggi hingga ke langit.” Hal ini menjadi pesan yang mendalam bagi wisudawan untuk menyadari bahwa prosesi wisuda bukanlah akhir atau penutup bagi keilmuan mereka, namun justru menjadi awal atau pembuka untuk menuju ruang yang lebih dalam dan luas. Sehingga, mereka harus menyebar sebagai intelektual muslim yang bermanfaat dan membawa perubahan positif bagi dirinya, dan sekitarnya.
Tidak kalah penting, sambutan dari Koordinator Kopertais III wilayah D.I Yogyakarta, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., sekaligus sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta menyatakan bahwa mahasiswa harus berperan dalam menjaga keutuhan NKRI. Terlebih-lebih jika mahasiswa tersebut muncul dan lahir dari keislaman yang berbasis Nahdhatul ‘Ulama (NU). Menyikapi isu yang masih terus marak di Negri ini, beliau kembali menegaskan bahwa tidak ada tempat bagi sistem Khilafah di Indonesia. Selain dipandang tidak relevan dalam konteks Negara Indonesia, sistem ini pasti akan melukai sejarah Bangsa ini, termasuk di dalamnya adalah perjuangan ulama, TNI, dan pahlawan-pahlawan bangsa lainnya. Selain itu, konsep dan sistem Khilafah tidak pernah diatur dan tidak ada dalam al-Qur’an sama sekali. Namun demikian, dalam konteks dunia akademik, Perguruan Tinggi Islam harus mampu menciptakan Khalifah sebanyak mungkin dalam bidangnya masing-masing. Yaitu Khalifah yang punya nama sebagaimana didasarkan pada ajaran Islam paling awal, yaitu Iqra, dan juga memiliki daya saing kuat, sehingga mampu menang tanding dari yang lainnya. Kedua kapasitas inilah yang harus dimiliki oleh seorang Khalifah sehingga mampu mengelola dan mengendalikan khilaf dan kesalahan. Karena jika tidak, maka generasi Islam akan selalu berada di belakang dan terbelakang (khalaf).
Berdasar pada apa yang disampaikan oleh Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., maka para wisudawan IIQ An-Nur harus tampil sebagai intelektual muslim yang sadar akan dirinya sebagai Khalifah Tuhan (pengganti atau penerus) yang berperan dalam mengelola khilaf dan kesalahan untuk membangun peradaban manusia yang bermartabat. Hal ini sebagaimana figur Rasul saw. adalah satu-satunya Sang Revolusioner yang jauh dari unsur pertumpahan darah, yaitu ketika mampu menaklukkan kota Makkah yang dikenal dengan Fathu Makkah.
Pada akhirnya apa yang disampaikan oleh ‘Ali bin Abi Thalib menjadi pegangan yang sangat pas bagi para pencari ilmu. Al-‘Ilm Yahfazhuka, wa al-Mal Tahfazhuhu (Ilmu pasti akan menjagamu, sementara harta pasti kamu yang menjaganya). Dalam pada itu, wisudawan IIQ An-Nur yang tercipta sebagai intelektual muslim berbasis al-Qur’an serta menjaga tradisi Pesantren, diharapkan hadir dan muncul sebagai orang yang dicari dan dibutuhkan karena ilmunya, bukan menjadi orang yang sibuk dan fokus sebagai para pencari kerja. Semoga….
(Oleh: Arif Nuh Safri, Dosen IIQ An Nur Yogyakarta)